Photo credit: Pravsworld
Aku tak pernah keberatan menemanimu sewaktu dia pergi. Bagiku, bisa mendapatkan kesempatan denganmu sepuluh menit saja sehari tanpa ada saingan, hampir surgawi. Aku suka mendengar ocehanmu yang seringnya absurd. Aku suka berpura-pura menjadi kekasihmu ketika menyeka airmata yang menjalur di pipimu. Aku tak pernah bisa berhenti tertawa ketika kamu mengganti lirik lagu bahasa Inggris dengan bahasa Jawa dengan acuh.
Orang boleh menyuruhku
mencari kekasih sungguhan, bukannya mendamaikan kegilaanku dengan cara
menemanimu setiap dia pergi. Kata mereka, aku hanya buang-buang waktu. Mereka
sering berseloroh kamu bodoh, karena seperti apapun sakitnya bersama dia, kamu
tidak akan pernah mau menukarnya dengan seperti apapun manisnya bersamaku. Aku
tidak pernah mengimani bahwa selama ini aku membuang-buang waktu.
Seperti nelayan, yang
tak pernah merasa membuang-buang waktu dengan menebar sepuluh jala, padahal
musim sudah kukuh hanya mau bermurah hati pada tujuh jala saja. Karena ketiga
lainnya itu berharga harapan. Tak peduli apa hasil akhirnya, yang terpenting jangan sengaja menghilangkan harapan.
Ponorogo, 25 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar