Minggu, 24 Agustus 2014

Prosa pendek: Teman terkadang


Photo credit: Pravsworld

Aku tak pernah keberatan menemanimu sewaktu dia pergi. Bagiku, bisa mendapatkan kesempatan denganmu sepuluh menit saja sehari tanpa ada saingan, hampir surgawi. Aku suka mendengar ocehanmu yang seringnya absurd. Aku suka berpura-pura menjadi kekasihmu ketika menyeka airmata yang menjalur di pipimu. Aku tak pernah bisa berhenti tertawa ketika kamu mengganti lirik lagu bahasa Inggris dengan bahasa Jawa dengan acuh.

Orang boleh menyuruhku mencari kekasih sungguhan, bukannya mendamaikan kegilaanku dengan cara menemanimu setiap dia pergi. Kata mereka, aku hanya buang-buang waktu. Mereka sering berseloroh kamu bodoh, karena seperti apapun sakitnya bersama dia, kamu tidak akan pernah mau menukarnya dengan seperti apapun manisnya bersamaku. Aku tidak pernah mengimani bahwa selama ini aku membuang-buang waktu. 

Seperti nelayan, yang tak pernah merasa membuang-buang waktu dengan menebar sepuluh jala, padahal musim sudah kukuh hanya mau bermurah hati pada tujuh jala saja. Karena ketiga lainnya itu berharga harapan. Tak peduli apa hasil akhirnya, yang terpenting jangan sengaja menghilangkan harapan.

Ponorogo, 25 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar