Senin, 14 September 2015

Cerita Berburu Beasiswa BPI LPDP: Part III


Tanggal 9 September 2015 malam sampai 10 September 2015 dini hari, saya tidak bisa tidur. Hampir setiap dua jam sekali saya terbangun untuk mengecek email dan website LPDP. Saya juga mengecek halaman Facebook LPDP, siapa tahu ada pengumuman juga di sana. Sampai matahari terbit, sudah tak terhitung berapa kali saya mengecek email dan website LPDP. Sampai pada jam 10 pagi, saya menyerah. Ya sudahlah, mungkin pengumumannya nanti malam. Mau dicek bolak-balik juga tidak akan membuahkan hasil.

Kemudian, jam satu siang Ibu pulang mengajar, "Sudah keluar pengumumannya, Nduk?" Beliau bertanya dengan tergopoh-gopoh.
"Enggak tahu, Ma. Dari tadi pagi aku cek belum keluar terus."
Lalu, Nina, adek paling kecil yang saat itu sedang memakai laptop saya, saya suruh minggir sebentar. Saya langsung membuka inbox akun Gmail saya. Debar jantung saya menjadi tak beraturan ketika melihat ada subyek pengirim 'LPDP Beasiswa'. Sambil menyerukan, "Bismillahirrohmanirrahim!", saya mengklik pesan tersebut. Saya langsung mencari tulisan apapun yang dibesarkan, tanpa membaca pembukaan di atasnya. Tulisan LULUS langsung membuat jantung saya berhenti sepersekian detik. Kemudian saya berdiri, berlari memeluk Ibu sambil berteriak-teriak dalam tangis bahagia, "Ma, lulus, Ma! Lulus! Alhamdulillaaah!" Saat itu ada Bulik juga di rumah, beliau pun ikut menangis gembira.

Ya Allah...Alhamdulillaaah! Saya percaya doa yang baik dan penuh kesungguhan tidak akan pernah mental. Rejeki yang super dari Allah SWT yang selalu super!

***

Berikut tips yang ingin saya bagi untuk teman-teman yang sedang mengejar beasiswa BPI LPDP Magister dan Doktoral juga:
1. Mulai dari penyusunan esai, kita harus sudah mempersiapkan topik dan bahasan disertasi yang akan kita persembahkan untuk pembangunan Indonesia, karena beasiswa LPDP ini latar belakangnya adalah untuk membangun Indonesia Emas di tahun 2045.
2. Dasarkan melamar beasiswa ini karena kita mencintai riset yang pernah dan akan kita lakukan. Tujuan riset kita harus konkrit, memberikan keuntungan bagi bangsa, dan efek yang direncanakan bisa diwujudkan lewat kegiatan yang nyata.
3. Pesan dari Mbak Zia, kurang-kurangi personal benefits di tiap esai kita. Tekankan bahwa semua yang kita usahakan dalam proses belajar nanti adalah untuk Indonesia, bukan keunggulan diri kita sendiri.
4. Pesan dari Fida, tunjukkan kerendahan hati dalam tiap esai kita.
5. Perbanyak membaca artikel dan jurnal ilmiah, supaya nanti saat wawancara kita punya back-up dalam menyusun argumen pertanyaan-pertanyaan substantif mengenai riset kita. Seperti saya kemarin, ketika ditanya soal mengapa saya menganggap maternity shot sebagai bentuk dari eksploitasi seksual perempuan, saya mengambil pendapat Dewi Candraningrum yang dia tulis di blog Jurnal Perempuan mengenai rahim wanita yang kini seolah menjadi milik publik, untuk mendukung argumen saya. Sadari bahwa kita semua bukan pemikir tunggal, karena tiap pemikiran selalu terinspirasi dari pemikiran lain yang sudah ada sebelumnya. Intinya, rendahkan hati.
6. Saat wawancara, pastikan kita mengingat betul isi esai-esai kita supaya jawaban kita sinkron dengan kontennya. Pewawancara akan tahu apabila esai yang kita buat tidak tulus atau malah dibuatkan oleh orang lain.
7. Pastikan kita teguh pendirian. Pewawancara akan mencoba melihat seberapa ngoyo kita berusaha mempertahankan argumen kita, tentunya dengan tata cara yang benar dan pemahaman yang sesuai.
8. Saat mengikuti on-the-spot essay writing, pastikan kita tidak membuang-buang waktu di paragraf pembukaan. Beri porsi yang seimbang untuk tiap bagian; pembukaan, isi, penutup. Hindari berusaha memberi kesan bahwa kita pintar, because trying hard hardly turns out good.
9. Saat menjalankan LGD, hindari berusaha terlihat menonjol dengan berbicara terlalu banyak dan menguasai jalannya diskusi. Pikirkan pendapat yang solutif (kata Mbak Zia), sampaikan dengan seperlunya dan hindari 'menerjang' pendapat anggota lain. Persilakan yang lain untuk berpendapat, tanyakan apa pendapat mereka, karena LGD bukanlah your one-man show.
10. Berdoa, berdoa, dan berdoa. Pilih waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Perhatikan adab dalam berdoa. Berusaha tanpa doa itu sombong, berdoa tanpa usaha itu bodoh. Tuhan tak pernah ingkar janji.

Terima kasih banyak sudah membaca sampai Part III! Semoga sukses dan keberkahan menyertai kita semua!

4 komentar:

  1. Halo kak ^^ tulisan kakak sangat menginspirasi saya untuk maju mencoba apply beasiswa lpdp juga. Saya fresh graduate yang baru sekali lulus dan ingin lanjut ke jenjang s2 di Lancaster :)
    Saya punya pertanyaan kak.. kakak ikut gelombang tiga yang pengumuman kelulusannya di bulan agustus.. nah di universitas yang kakak tuju, kegiatan perkuliahannya dimulai di bulan apa? apa di tahun yang sama?

    Oya kak, apa kakak sudah punya LoA saat mendaftarkan diri ke LPDP?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo. Waaaah semangat ya!
      Pengumumannya september. Untuk info aja, sebagian besar univ di Inggris mulai perkualiahan September untuk program Masters. Sebagian besar univ di Eropa juga, kecuali Belanda. Kita di kasih waktu setaun untuk cari LoA. Aku waktu daftar belum pakai LoA.

      Hapus
  2. Halo,

    Saya calang, boleh minta emailnya mba. Saya ada rencana mau ambil master ii UCD juga. Mau sharing proses cari LoA nya sama minta advice. Terima kasih.

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, calang! Wah, saya jadinya bukan ke UCD. Pindah haluan ke SOAS University of London. Tapi kalo mau nanya-nanya soal LPDP nya bisa kontak aku di chocolatesandgreen(at)gmail(dot)com ya. Thanks.

      Hapus