Sabtu, 14 November 2015

PK-46 BPI LPDP: Cerita Anak Kota Kecil Dengan Pengalaman Besar

Persiapan Keberangkatan-46, atau biasa disingkat PK-46, yang diselenggarakan oleh LPDP untuk para awardee angkatan 46 sudah berakhir satu minggu yang lalu. Sudah hampir seminggu pula saya kembali di rumah Ponorogo. Berbagai pelajaran dan kenangan dari PK-46 sudah saya letakkan dengan rapi di laci-laci benak, dan siap dibuka lagi kapanpun saya butuhkan. Beberapa di antaranya saya ingin bagikan di sini, di blog yang pembacanya cuma teman-teman kuliah dulu ini. Hehe.

***

Saya tiba di Jakarta pada 30 Oktober malam dan langsung menginap di tempat sahabat saya semasa SMP, Tita, di daerah Ragunan. Besoknya, saya pergi ke Wisma Hijau untuk kumpul-kumpul pra-PK; bertemu sapa dengan teman satu kelompok, latihan yel-yel, latihan lagu angkatan dan mars LPDP. Teman-teman satu angkatan datang dari berbagai latar belakang keilmuan dan asal-usul. Usia kami tidak seragam, bahkan ada yang sudah menjadi dekan di kampus tempatnya mengabdi. Hebatnya, beliau-beliau yang terhitung senior tidak enggan membaur dengan yang muda, berbagi ide, dan memainkan yel-yel yang bisa jadi terkesan so juvenile. Keren! Yang muda pun tidak segan bercanda dengan yang senior, dan hal ini membuat atmosfir angkatan menjadi menyenangkan. Ketika diberi arahan untuk berjoget, semua berjoget. Ketika diberi arahan untuk menyanyi, semua menyanyi.

Kebetulan ada teman satu kelompok saya yang bertahun-tahun sebelumnya sudah pernah saya stalk lewat Facebook. Namanya Mbak Ginar Santika. Kok bisa?
Dulu ketika saya baru masuk kuliah S1, program Indonesia Mengajar baru diselenggarakan. Karena saat itu saya baru masuk kuliah S1, hasrat untuk ikut program ini dan menjajal diri untuk mengajar di daerah terpencil masih tertahan. Saya ini kalau sudah ingin mendapatkan sesuatu, segala tentang sesuatu itu pasti saya cari-cari dan jadikan motivasi untuk meraihnya. Berkaitan dengan keinginan ikut Indonesia Mengajar itu, saya akhirnya meng-add akun Facebook sebagian besar Pengajar Muda Angkatan 1. Tujuannya cuma satu: SAYA KEPO. Saya ingin tahu orang yang seperti apa yang diterima sebagai Pengajar Muda, saya ingin tahu prestasi apa yang mereka pernah raih, saya ingin tahu bagaimana cara mereka berkontribusi untuk komunitas yang mereka layani; intinya saya ingin menjadikan mereka motivasi untuk menjadi lebih baik. Siapa tahu ketika saya lulus S1 nanti berkesempatan untuk ikut seleksi Indonesia Mengajar.
Waktu bertemu Mbak Ginar, rasanya saya sudah tidak asing dengan nama ini, seperti sudah pernah mengenal nama ini. Benar saja! Waktu istirahat tiba dan saya akhirnya bisa ngobrol-ngobrol santai dengan teman-teman satu kelompok, Mbak Ginar memberitahu bahwa dia adalah Pengajar Muda Angkatan 1! Allahu Akbar! What are the odds! Saya pernah stalking akun Facebook Mbak Ginar sekitar 5 tahun yang lalu! Lalu saya menanyakan kabar pengajar-pengajar muda angkatan 1 yang lain yang saya sering temui di beranda Facebook. Mungkin waktu itu saya terkesan creepy, ya, Mbak? Kenal juga enggak, tapi tahu banyak sekali tentang mereka. Hehe. Maafkeun.
Memang saya tidak ditakdirkan untuk jadi Pengajar Muda seperti yang pernah saya impikan dulu, tapi akhirnya saya dipertemukan dengan salah satu Pengajar Muda angkatan 1 yang pernah saya stalking dulu, lewat LPDP. Hehe.

Sebetulnya, kejadian itu sempat membuat saya minder. Seorang purna Pengajar Muda seperti Mbak Ginar ada di LPDP. Teman-teman lain PK-46 juga hebat-hebat. Kontribusi mereka sudah nyata untuk Indonesia, sesuai dengan apa yang diharapkan LPDP. Sedangkan saya? Ya Allaaah...belum jadi apa-apa. Saya baru lulus S1 tahun kemarin dan belum pernah bekerja di sektor yang kontributif untuk negeri ini. Saya jadi meragukan diri sendiri waktu itu. Apalagi sebagian besar dari kawan PK-46 berasal dari jurusan eksak, bukan budaya seperti saya.
Untunglaaaaah...ketika saya mencurahkan isi hati ini kepada teman sekamar saya di Wisma Hijau, Mbak Nana dan Nina, mereka menyemangati saya dan menyebutkan banyak kawan yang juga berasal dari latar belakang pendidikan budaya. Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk merasa minder.

Selama satu minggu kemudian, kami satu angkatan mendapatkan banyak sekali pelajaran dari program Persiapan Keberangkatan ini. Kami jadi lebih mencintai tanah air dan bertekad berkontribusi untuk pembangunan bangsa sebagai "satria cendekia yang siap berkarya". Kami mendapatkan keluarga baru yang kocak-kocak, ramah-ramah, unik-unik, yang sampai sekarang masih rutin heboh bertukar cerita dan gosip di akun LINE angkatan. Sebagai seorang anak kota kecil, pengalaman ini terasa begitu besar bagi saya. Oh iya, (sebenarnya saya sedikit malu mengakuinya) saya jadi belajar berbahasa Indonesia dalam keseharian selama menjalani PK. Sebelumnya saya hampir selalu berbahasa Jawa karena kehidupan saya ya berputar di sekitar-sekitar Jawa Timur saja. Sampai-sampai supir taksi yang saya naiki di Minggu pagi tanggal 1 November bertanya, "Mbak, dari Jawa, ya? Jawa Timur?" hanya karena logat Jawa saya yang kental sekali. Hahaha.

Untuk teman-teman sesama orang Jawa Timur, sering-seringlah ikut acara nasional, bisa berupa seminar, konferensi, atau acara volunteer yang mempertemukan kalian dengan teman-teman dari seluruh daerah di Indonesia, supaya bahasa Indonesia kalian terasah secara lisan. Karena kemarin saya agak kesulitan sejujurnya (atau saya-nya saja yang kelewat ndeso).

Till the next time I write again! 

6 komentar:

  1. Ayo zong lanjutkan.... Tak tunggu ceritamu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiiiiih...jadi ge-er ada yang ngomen post ini. Haha. Will do, mbak!

      Hapus
    2. aku aja baru bulan ini aktif ngeblog lagi hahaha.... merasa menganaktirikan blog yang sudah kubangun dari tahun 2009 #plak

      Hapus
    3. Enji, you're like, everywhere! :D

      Hapus
  2. Ada nama akuuuu #norak
    Hehe, seneng bs duet sama biduan tersohor Ponorogo :)

    BalasHapus